Pages

Monday, August 20, 2018

Bagian Bawah Pulau Lombok Sudah 'Remek'

INILAHCOM, Surabaya - Gempa kembali terjadi pada Minggu malam (19/8/2018) di Pulau Lombok NTB. BMKG melaporkan gempabumi berkekuatan 7 SR dengan pusat gempa di laut, 30 km timur laut Lombok Timur NTB pada kedalaman 10 km terjadi pada pukul 21.56 WIB.

Terkait hal tersebut Amin Widodo selaku Ahli Teknik Geofisika ITS mengatakan bahwa tekanan lempeng tektonik Samudera Hindia - Australia terus berjalan menekan Pulau Lombok dan sekitarnya menyebabkan Pulau Lombok bagian bawah mengalami banyak patahan dan telah retak.

"Gempa terus menerus terjadi dalam hampir 2 bulan ini mengakibatkan bagian bawah pulau Lombok 'remek', saya tidak tahu bahasanya gimana tapi yang pasti sudah banyak pecahan," ujar Amin.

Meskipun demikian, menurutnya, Pulau Lombok masih mampu bertahan dan tidak dalam kategori pulau tidak layak huni. Hanya saja karena Pulau Lombok dan sekitarnya merupakan wilayah rawan gempa. Ia pun menuturkan bahwa di Lombok kejadian gempa dengan kekuatan yang sangat besar ini tidak hanya saat ini saja, melainkan telah terjadi di tahun 1800-an dan pada tahu 1992.

"Memang Lombok rawan sekali gempa sampai 7.00 SR. Dulu juga pernah dan gaya gempanya juga sama yakni bertubi-tubi. Dulu juga banyak pecahan yang terjadi jadi remeknya tidak cuma saat ini saja. Tapi toh kembali stabil dan tanahnya bersatu kembali. Jadi kita harap gempanya sudah sampai disini saja, sehingga tanah dan lempengan di Lombok bisa kembali menyatu dan stabil," tambahnya.

Ia juga menyayangkan banyak sekali bangunan yang rusak karena tidak sesuai dengan standar bangunan daerah rawan gempa atau daerah lingkaran api. Menurutnya, rumah dan bangunan di Lombok harus memakai standar yang sudah ditetapkan oleh kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yakni bangunan tahan gempa yakni dengan salah satunya batako dan tulangan besi.

Tim ITS pun saat ini sedang berada di Lombok untuk memberikan bantuan darurat seperti air bersih dapur umum dan hunian sementara. "Kami membuat kan Huntara atau hunian sementara yang terbuat dari kayu, karena kasihan para korban tidur di tenda terpal. Seharusnya juga pemerintah mulai saat ini memperhatikan pembangunan rumah masyarakat Lombok yang sesuai dengan standar, minimal harus tahan gempa 7.00 karena sejauh ini gempa tertinggi berkekuatan sekian. Zaman dahulu saat masyarakat belum kenal teknologi orang Lombok sudah mendirikan bangunan dengan arsitektur kayu, yakni rumah Sasak, yang tahan gempa," pungkasnya. [beritajatim]

Let's block ads! (Why?)

from Inilah.com - Terkini kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2L7Ylnz

No comments:

Post a Comment